Krens Lotim. Melihat keterpurukan para petani tembakau di daerah ini, Syafi'i merubah haluan dengan memilih tanam ubi daripada harus menanam tembakau.
Biasanya tembakau akan melonjak harganya setiap dua tahun sekali, dan kemungkinan melorotnya harga tembakau sudah saya prediksi mulai awal musim kemarin. Jadi tidak salah kalau pada tahun ini saya tidak menanam tembakau, tuturnya saat ditemui dikediamannya di Rakam Kecamatan Selong oleh KM.
Jenis ubi yang yang ditanam ini biasa - biasa saja, tetapi cukup menguntungkan. Bayangkan saja kalau satu ikat dijualnya Rp 15.000 s.d. Rp 25.000. Dan jika dibandingkan dengan tembakau yang harga sekarang paling tinggi hanya Rp 2,5 juta perkwintal maka jauh lebih menguntungkan ubi yang walaupun dalam satu kuintal dijual Rp 300.000.
Banyak memang yang mengatakan kalau saya sudah stres dan sebagainya, namun apapun kata orang yang pasti saya menanam ubi, jelas M. Syafi'i yang juga seorang guru ini.
Dilahan seluas 60 are Pak Syafi'i mencoba mengadu nasib dengan menanam ubi jalar jenis ungu. Dibantu sang istri dan anaknya, iapun menjual hasil tanamnya kepada warga yang datang membeli. Banyak juga yang memesan lewat SMS ataupun yang datang langsung.
Keuntungannya lumayan, jadi untuk tahun berikut mungkin saya akan mencobanya kembali dan sekarang saja sudah menambah areal untuk menanam kacang di wilayah Korleko.
Mudahan ini sebagai pembelajaran bagi masyarakat petani, mari kita melihat situasi atau dengan kata lain kita harus melihat lapangan dulu sehingga apa yang kita perbuat tidak menjadi sia-sia. (MA).
0 komentar:
Post a Comment