Krens Lotim. Dikisahkan pada masa lalu, hidup putra seorang kolonel yang terkenal  dengan kecerdikan dan kepintarannya dan memiliki berbagai keahlian dan  keterampilan. Raja juga mendengar tentang kecerdikan dan kebolehan  pemuda tersebut. Oleh karena itu, raja memberinya jabatan penting di  pemerintahan. 
Selain bersifat mulia dan berbudi luhur, pemuda itu juga telah  membuktikan bahwa ia selalu berhasil dalam menjalankan segala tugas.  Sang raja dan juga para pejabat lainnya telah memperkirakan bahwa pemuda  itu akan memiliki masa depan yang cerah. Ia sangat disukai banyak orang  karena sikapnya yang menghormati siapapun, baik tua maupun muda. Namun  selalu saja ada orang-orang yang iri dan dengki terhadap pemuda  tersebut. Dan sebagian di antara orang-orang tersebut adalah rekan kerja  pemuda itu.
Mereka berpikir keras dan berbagi ide untuk mencari cara bagaimana  agar mereka dapat menjatuhkan citra pemuda itu di hadapan sang raja.  Sedemikian keras mereka berupaya sehingga direncanakan pemuda itu pada  akhirnya harus mati.
Setelah beberapa waktu akhirnya mereka menemukan jalan dan mereka  menuding pemuda tersebut telah melakukan pengkhianatan besar. Namun di  sisi lain, mereka lupa bahwa pemuda tersebut sangat disukai oleh raja  dan tuduhan mereka tidak akan mempengaruhi sang raja dan justru akan  merugikan diri mereka sendiri.
Mereka pun berulangkali menghadap raja untuk menjelek-jelekkan,  menuding, memfitnah, merusak citra pemuda tersebut, namun sang raja  tidak menggubris omongan mereka. Setelah sekian lama berlalu dan  tudingan terus berlanjut, sang raja menyadari bahwa orang-orang  pendengki itu tidak akan mengakhiri permusuhan mereka dengan pemuda  berhati budiman tersebut. Akhirnya sang raja memutuskan untuk memanggil  pemuda itu dan menanyakan mengapa orang-orang itu memusuhinya dan juga  tentang pengkhianatan yang dituduhkan kepadanya.
Raja bertanya, “Apa sebenarnya sebab permusuhan mereka denganmu?”
Pemuda itu diam sejenak dan kemudian berkata, “Wahai raja, dengan  orang-orang sekitarku dan dengan orang-orang yang bekerja denganku, aku  telah berbuat baik dan aku selalu berusaha agar mereka semua selalu  menyukaiku. Orang yang bijak tentu akan mengetahui bahwa tuduhan-tuduhan  itu semata-mata bohong. Dengan keahlian, kepintaran, dan pengetahuanku,  aku mampu merangkul semua orang kecuali para penghasut. Karena mereka  tidak akan pernah puas selama aku belum hancur dan mati. Mengingat  setiap hari aku semakin meningkat dan berhasil menggapai posisi yang  lebih tinggi, mereka berupaya keras untuk mencegahku.”
Pemuda itu melanjutkan ucapannya, “Wahai raja, sebagian orang iri  karena mereka kehilangan posisi dan jabatan mereka. Namun sebagian  lainnya terlampau mendengki sehingga mereka telah berubah menjadi  musuhku. Mereka inilah yang menginginkan kematianku. Aku tidak tahu  harus berbuat apa dengan mereka? Aku berpikir bahwa aku dapat melakukan  apapun kecuali menyadarkan para penghasut dan membersihkan noda  kedengkian dari hati mereka.”
Mendengar hal itu raja berkata, “Benar sekali tuturmu, tidak ada yang  dapat dilakukan untuk para pendengki. Orang bijak berkata bahwa para  pendengki sebelum mereka mengganggu orang lain, pada hakikatnya mereka  telah menyiksa diri sendiri.”(MA)









