Klik Aja

Monday, June 18, 2012

MENGKAJI TRADISI KADAL NONGAK LEK KESAMBIK

0 komentar
Krens Lotim, Dunia pendidikan adalah dunia yang paling komplek bahkan lebih komplek bila dibandingkan dengan seluruh senyawa hidrocarbon yang memiliki ribuan tentakel istilah guritanya mulai dari pemilihan sekolah atau madrasah yang tepat bagi anak-anak kita kemudian beranjak kepada pemilihan kostum, kelengkapan, kebutuhan bahkan hal -hal yang tidak pernah dibayangkan sekalipun misalnya untuk penyedian sarana yang bisa mendongkrak mental dan spiritual anak-anak.
Salah Seorang siswa sedang Mengikuti Ujian

Dalam kamus daerah yang saya jumpai sejauh ini berjuta tafsir telah coba dilakukan untuk menjamah lebih dalam lagi beberapa kearipan lokal yang ada di masyarakat sasak khususnya yang diturunkan dari mulut ke mulut sampai saat ini tidak akan pernah bisa kering karena dalamnya naluri kemahaguruan masyarakat sasak, salah satunya adalah KADAL NONGAK.

Dalam tulisan ini penulis mencoba menguak beberapa sisi saja dalam menganalisis kearipan lokal tersebut mulai dari sisi pilosofis yang sarat dengan muatan adat, pada dasarnya kata KADAL adalah sebuah simbol bagi masyarakat sasak dalam mengungkap kerendahan dan kejujuran.

Hal ini terungkap ketika saya mengikuti pengajian di salah satu tempat di lingkungan saya. Dalam pengajian tersebut dikatakan bahwa kadal adalah makhluk Allah SWT yang paling berjasa dalam menyelamatkan jejak langkah Rasulullah SAW ketika berhijrah.

Hal lain yang terungkap juga dalam memotret kadal dalam definisi philosofis adalah makhluk yang satu ini adalah makhluk yang tidak pernah membuat orang lain merasa takut dengan bentuknya namun malah sebaliknya membuat orang semakin penasaran dengan sisik yang mengkilat. 

Bila diterjemahkan sebagai sebuah individu maka ini adalah cermin generasi yang di harapkan oleh dunia pendidikan kita.

Kata NONGAK adalah terjemahan kata mendongak atau melihat keatas yang mengandung makna seorang pelajar atau penuntut ilmu harus senantiasa mendongak ke wajah guru - guru mereka yang menjadi panutan dan sebagai idola bagi murid - muridnya.

Kata LEK bertugas hanya sebagai penambah kata keterangan yang setara dengan kata pada dalam bahasa Indonesia.

Dan yang terakhir dalam istilah sasak kata KESAMBIK adalah lambang pohon yang besar menjulang tinggi dan bernaungan besar. 

Saya secara pribadi tidak ingin bertanya lebih mendalam mengapa masyarakat sasak memilih kata kesambik sebagai simbol namun sejauh hidup yang pernah saya jalani tidak ada seorang anakpun yang tidak pernah memanjat pohon itu bila kita hitung mundur mulai dari tahu 90an.

Kesambik selain sebagai simbol kebesaran namun juga bisa di tafsirkan lebih mendalam lagi sebagai sebuah kesukaan karena masyarakat sasak adalah masyarakat yang gemar memanjat, selain itu kesambik secara farmatologi atau istilah kesehatan mengandun vitamin C yang sangat tinggi mungkin ini salah satu alasan mengapa masyarakat sasak memilih kata kesambik sebagai simbol dalam mengkaji kearipan lokalnya.

Artinya seorang yang besar tersebut yang dijadikan guru adalah seseorang yang mampu memberi manfaat bagi orang - orang di sekitarnya. 

Sebagai akhir dari tulisan ini semoga saja apa yang terungkap dalam retorika singkat ini bisa menjadi sesuatu yang bermamfaat bagi masyarakat. wallahu'alam. (CA)

KERAMAT RAYAKAN ISRA' MI'RAJNYA NABI

0 komentar
Krens Lotim. Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan anak semakin berkurang jika dilihat dari kepeduliannya terhadap pendidikan mental generasi muda saat ini.

Kelompok Remaja Mahasiswa Tibu Jae ( KERAMAT ) mempunyai sebuah terobosan baru yaitu mengumpulkan remaja dan mahasiswa yang berada diwilayahnya untuk berbuat sesuatu. 

Kata sepakat ditempuh yaitu mengundang Tuan Guru untuk memupuk kecintaannya terhadap sang khaliq disamping mendekatkan diri dengan para orang tua. 

Itikad baik ini disambut gembira Muhammad Hilmi, SE ( Kepala desa Rensing Bat ) atas inisiatif generasi muda seperti ini. 

Mari kita bangun desa kita dengan rasa memiliki yaitu dengan melibat segala kemampuan kita termasuk membangun mental anak, jelasnya saat memberikan sambutan pada acara perayaan Isra' Mi'raj. 

Sementara Tuan Guru H. Mustafa Alawi selaku penceramah memberikan banyak pendidikan inspiratif terhadap masyarakat terutama kawula muda. 

Lalu apa pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan Isra Mi'raj ini.  Perjalanan ini akan dapat memberikan motivasi kepada kita untuk lebih jauh dan sungguh-sungguh menangkap pelajaran yang seharusnya kita tangkap dari perjalanan agung tersebut:

Kita kenal, Isra' wal Mi'raj terjadi sekitar setahun sebelum Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah (Yatsrib ketika itu). Ketika itu, Rasulullah SAW dalam situasi yang sangat "sumpek", seolah tiada celah harapan masa depan bagi agama ini. Selang beberapa masa sebelumnya, isteri tercinta Khadijah r.a. dan paman yang menjadi dinding kasat dari penjuangan meninggal dunia. Sementara tekanan fisik maunpun psikologis kafir Qurays terhadap perjuangan semakin berat. Rasulullah seolah kehilangan pegangan, kehilangan arah, dan kini pandangan itu berkunang-kunang tiada jelas.

Dalam sitausi seperti inilah, rupanya "rahmah" Allah meliputi segalanya, mengalahkan dan menundukkan segala sesuatunya. "warahamatii wasi'at kulla syaei", demikian Allah deklarasikan dalam KitabNya. Beliau di suatu malam yang merintih kepedihan, mengenang kegetiran dan kepahitan langkah perjuangan, tiba-tiba diajak oleh Pemilik kesenangan dan kegetiran untuk "berjalan-jalan" (saraa) menelusuri napak tilas "perjuangan" para pejuang sebelumnya (para nabi). 

Bahkan dibawa serta melihat langsung kebesaran singgasana Ilahiyah di "Sidartul Muntaha". Sungguh sebuah "penyejuk" yang menyiram keganasan kobaran api permusuhan kaum kafir. Dan kinilah masanya bagi Rasulullah SAW untuk kembali "menenangkan" jiwa, mempermantap tekad menyingsingkan lengan baju untuk melangkah menuju ke depan.

Artinya, bahwa kita adalah "rasul-rasul" Rasulullah SAW dalam melanjutkan perjuangan ini. Betapa terkadang, di tengah perjalanan kita temukan tantangan dan penentangan yang menyesakkan dada, bahkan mengaburkan pandangan objektif dalam melangkahkan kaki ke arah tujuan. 

Jikalau hal ini terjadi, maka tetaplah yakin, Allah akan meraih tangan kita, mengajak kita kepada sebuah "perjalanan" yang menyejukkan. "Allahu Waliyyulladziina aamanu" (Sungguh Allah itu adalah Wali-nya mereka yang betul-betul beriman". 

Rasulullah adalah sosok "uswah", pribadi yang hadir di tengah-tengah umat, tidak saja "muballigh" (penyampai), melainkan sosok pribadi unggulan yang harus menjadi "percontohan" bagi semua yang mengaku pengikutnya. "Laqad kaana lakum fi Rasulillahi uswah hasanah". (MA)



Penting Shobat!

Monday, June 18, 2012

MENGKAJI TRADISI KADAL NONGAK LEK KESAMBIK

Krens Lotim, Dunia pendidikan adalah dunia yang paling komplek bahkan lebih komplek bila dibandingkan dengan seluruh senyawa hidrocarbon yang memiliki ribuan tentakel istilah guritanya mulai dari pemilihan sekolah atau madrasah yang tepat bagi anak-anak kita kemudian beranjak kepada pemilihan kostum, kelengkapan, kebutuhan bahkan hal -hal yang tidak pernah dibayangkan sekalipun misalnya untuk penyedian sarana yang bisa mendongkrak mental dan spiritual anak-anak.
Salah Seorang siswa sedang Mengikuti Ujian

Dalam kamus daerah yang saya jumpai sejauh ini berjuta tafsir telah coba dilakukan untuk menjamah lebih dalam lagi beberapa kearipan lokal yang ada di masyarakat sasak khususnya yang diturunkan dari mulut ke mulut sampai saat ini tidak akan pernah bisa kering karena dalamnya naluri kemahaguruan masyarakat sasak, salah satunya adalah KADAL NONGAK.

Dalam tulisan ini penulis mencoba menguak beberapa sisi saja dalam menganalisis kearipan lokal tersebut mulai dari sisi pilosofis yang sarat dengan muatan adat, pada dasarnya kata KADAL adalah sebuah simbol bagi masyarakat sasak dalam mengungkap kerendahan dan kejujuran.

Hal ini terungkap ketika saya mengikuti pengajian di salah satu tempat di lingkungan saya. Dalam pengajian tersebut dikatakan bahwa kadal adalah makhluk Allah SWT yang paling berjasa dalam menyelamatkan jejak langkah Rasulullah SAW ketika berhijrah.

Hal lain yang terungkap juga dalam memotret kadal dalam definisi philosofis adalah makhluk yang satu ini adalah makhluk yang tidak pernah membuat orang lain merasa takut dengan bentuknya namun malah sebaliknya membuat orang semakin penasaran dengan sisik yang mengkilat. 

Bila diterjemahkan sebagai sebuah individu maka ini adalah cermin generasi yang di harapkan oleh dunia pendidikan kita.

Kata NONGAK adalah terjemahan kata mendongak atau melihat keatas yang mengandung makna seorang pelajar atau penuntut ilmu harus senantiasa mendongak ke wajah guru - guru mereka yang menjadi panutan dan sebagai idola bagi murid - muridnya.

Kata LEK bertugas hanya sebagai penambah kata keterangan yang setara dengan kata pada dalam bahasa Indonesia.

Dan yang terakhir dalam istilah sasak kata KESAMBIK adalah lambang pohon yang besar menjulang tinggi dan bernaungan besar. 

Saya secara pribadi tidak ingin bertanya lebih mendalam mengapa masyarakat sasak memilih kata kesambik sebagai simbol namun sejauh hidup yang pernah saya jalani tidak ada seorang anakpun yang tidak pernah memanjat pohon itu bila kita hitung mundur mulai dari tahu 90an.

Kesambik selain sebagai simbol kebesaran namun juga bisa di tafsirkan lebih mendalam lagi sebagai sebuah kesukaan karena masyarakat sasak adalah masyarakat yang gemar memanjat, selain itu kesambik secara farmatologi atau istilah kesehatan mengandun vitamin C yang sangat tinggi mungkin ini salah satu alasan mengapa masyarakat sasak memilih kata kesambik sebagai simbol dalam mengkaji kearipan lokalnya.

Artinya seorang yang besar tersebut yang dijadikan guru adalah seseorang yang mampu memberi manfaat bagi orang - orang di sekitarnya. 

Sebagai akhir dari tulisan ini semoga saja apa yang terungkap dalam retorika singkat ini bisa menjadi sesuatu yang bermamfaat bagi masyarakat. wallahu'alam. (CA)

KERAMAT RAYAKAN ISRA' MI'RAJNYA NABI

Krens Lotim. Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan anak semakin berkurang jika dilihat dari kepeduliannya terhadap pendidikan mental generasi muda saat ini.

Kelompok Remaja Mahasiswa Tibu Jae ( KERAMAT ) mempunyai sebuah terobosan baru yaitu mengumpulkan remaja dan mahasiswa yang berada diwilayahnya untuk berbuat sesuatu. 

Kata sepakat ditempuh yaitu mengundang Tuan Guru untuk memupuk kecintaannya terhadap sang khaliq disamping mendekatkan diri dengan para orang tua. 

Itikad baik ini disambut gembira Muhammad Hilmi, SE ( Kepala desa Rensing Bat ) atas inisiatif generasi muda seperti ini. 

Mari kita bangun desa kita dengan rasa memiliki yaitu dengan melibat segala kemampuan kita termasuk membangun mental anak, jelasnya saat memberikan sambutan pada acara perayaan Isra' Mi'raj. 

Sementara Tuan Guru H. Mustafa Alawi selaku penceramah memberikan banyak pendidikan inspiratif terhadap masyarakat terutama kawula muda. 

Lalu apa pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan Isra Mi'raj ini.  Perjalanan ini akan dapat memberikan motivasi kepada kita untuk lebih jauh dan sungguh-sungguh menangkap pelajaran yang seharusnya kita tangkap dari perjalanan agung tersebut:

Kita kenal, Isra' wal Mi'raj terjadi sekitar setahun sebelum Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah (Yatsrib ketika itu). Ketika itu, Rasulullah SAW dalam situasi yang sangat "sumpek", seolah tiada celah harapan masa depan bagi agama ini. Selang beberapa masa sebelumnya, isteri tercinta Khadijah r.a. dan paman yang menjadi dinding kasat dari penjuangan meninggal dunia. Sementara tekanan fisik maunpun psikologis kafir Qurays terhadap perjuangan semakin berat. Rasulullah seolah kehilangan pegangan, kehilangan arah, dan kini pandangan itu berkunang-kunang tiada jelas.

Dalam sitausi seperti inilah, rupanya "rahmah" Allah meliputi segalanya, mengalahkan dan menundukkan segala sesuatunya. "warahamatii wasi'at kulla syaei", demikian Allah deklarasikan dalam KitabNya. Beliau di suatu malam yang merintih kepedihan, mengenang kegetiran dan kepahitan langkah perjuangan, tiba-tiba diajak oleh Pemilik kesenangan dan kegetiran untuk "berjalan-jalan" (saraa) menelusuri napak tilas "perjuangan" para pejuang sebelumnya (para nabi). 

Bahkan dibawa serta melihat langsung kebesaran singgasana Ilahiyah di "Sidartul Muntaha". Sungguh sebuah "penyejuk" yang menyiram keganasan kobaran api permusuhan kaum kafir. Dan kinilah masanya bagi Rasulullah SAW untuk kembali "menenangkan" jiwa, mempermantap tekad menyingsingkan lengan baju untuk melangkah menuju ke depan.

Artinya, bahwa kita adalah "rasul-rasul" Rasulullah SAW dalam melanjutkan perjuangan ini. Betapa terkadang, di tengah perjalanan kita temukan tantangan dan penentangan yang menyesakkan dada, bahkan mengaburkan pandangan objektif dalam melangkahkan kaki ke arah tujuan. 

Jikalau hal ini terjadi, maka tetaplah yakin, Allah akan meraih tangan kita, mengajak kita kepada sebuah "perjalanan" yang menyejukkan. "Allahu Waliyyulladziina aamanu" (Sungguh Allah itu adalah Wali-nya mereka yang betul-betul beriman". 

Rasulullah adalah sosok "uswah", pribadi yang hadir di tengah-tengah umat, tidak saja "muballigh" (penyampai), melainkan sosok pribadi unggulan yang harus menjadi "percontohan" bagi semua yang mengaku pengikutnya. "Laqad kaana lakum fi Rasulillahi uswah hasanah". (MA)



Penting

Test Footer 2

Prinsip

BANGKITLAH DESAKU. Padamu ku tuangkan segelas tinta tuk perjuangan. berani tumpahkan darah sendiri membelamu. Dengan langkah berani sampai mati. Biar berkalang tanah. Dan itu yang terakhir. Kali ini kami menggores daging-daging kenyal. Yang berbau amis basi. Dan berjalan menelusuri derap langkah perjuangan. Menuju medan perang yang tak terbilang. ( SaifZuhri )

Followers

Total Pageviews

Advertisement

Flickr

PR n/a

tribunolahraga.info-Google pagerank,alexa rank,Competitor

Dari Mana Pengunjung

Footer Widget 1

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com