Klik Aja

Saturday, June 30, 2012

MENDALAMI TRADISI NGURISAN PADA MASYARAKAT SASAK

0 komentar

Krens Lotim. Ngurisan merupakan sebuah istilah yang sering kita dengar dimasyarakat sasak khususnya. 
 
Tradisi "Ngurisan" atau cukur rambut bayi yang baru lahir atau berumur dibawah enam bulan bagi masyarakat Lombok biasanya dilaksanakan di masjid atau musala pada hari-hari besar agama Islam, terutama saat peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Harapannya ketika sudah dicukur, maka bayi tersebut mendapatkan berkah dari Allah atas dipegangnya/ dicukurnya oleh orang - orang alim. 

Di Mushalla Nurul Qalbi Tibu Jae desa Rensing Bat, sejumlah bayi digendong orang tua atau kerabatnya di bawa ke mushalla  bersama dengan beberapa jenis bunga dan air yang sudah ditaruhkan wewangian diserta gunting. 

Sebelum prosesi "ngurisan" dilaksanakan oleh para tokoh agama dan masyarakat, terlebih dulu dimulai dengan "namatan" atau pembacaan ayat-ayat pendek yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah dasar.

Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan kitab barzanji atau riwayat perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa untuk menerima perintah shalat lima waktu sehari semalam dari Allah SWT.

Selesai pembacaan kitab barzanji tersebut barulah proses "ngurisan" dilaksanakan bersamaan dengan "selaqaran". Seluruh tokoh agama dan masyarakat yang diundang harus mencukur atau memegang kepala bayi.

Menurut salah seorang tokoh agama Ustz. H. Masban usman, S. Ag.  tradisi "ngurisan" yang digelar setiap perayaan hari besar Islam sudah menjadi kebiasaan warga selama puluhan tahun.

Tradisi itu juga merupakan warisan para orang tua dulu sehingga harus dihormati dan dilestarikan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

"Dengan tetap mengadakan ritual keagamaan ini kita tetap ingat pada kebaikan yang telah diwariskan oleh para orang tua dulu," ujarnya.

Tamu undangan memperoleh penganan berupa kue khas lombok seperti nasi mulut ( nasi kuning ), kue tarek, renggi, keciput dan lainnya yang disediakan oleh warga kampung yang mengundang mereka.

Tradisi seperti ini merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang yang harus dilestarikan oleh kita sebagai generasi penerusnya. (MA). 



Penting Shobat!

Saturday, June 30, 2012

MENDALAMI TRADISI NGURISAN PADA MASYARAKAT SASAK


Krens Lotim. Ngurisan merupakan sebuah istilah yang sering kita dengar dimasyarakat sasak khususnya. 
 
Tradisi "Ngurisan" atau cukur rambut bayi yang baru lahir atau berumur dibawah enam bulan bagi masyarakat Lombok biasanya dilaksanakan di masjid atau musala pada hari-hari besar agama Islam, terutama saat peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Harapannya ketika sudah dicukur, maka bayi tersebut mendapatkan berkah dari Allah atas dipegangnya/ dicukurnya oleh orang - orang alim. 

Di Mushalla Nurul Qalbi Tibu Jae desa Rensing Bat, sejumlah bayi digendong orang tua atau kerabatnya di bawa ke mushalla  bersama dengan beberapa jenis bunga dan air yang sudah ditaruhkan wewangian diserta gunting. 

Sebelum prosesi "ngurisan" dilaksanakan oleh para tokoh agama dan masyarakat, terlebih dulu dimulai dengan "namatan" atau pembacaan ayat-ayat pendek yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah dasar.

Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan kitab barzanji atau riwayat perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa untuk menerima perintah shalat lima waktu sehari semalam dari Allah SWT.

Selesai pembacaan kitab barzanji tersebut barulah proses "ngurisan" dilaksanakan bersamaan dengan "selaqaran". Seluruh tokoh agama dan masyarakat yang diundang harus mencukur atau memegang kepala bayi.

Menurut salah seorang tokoh agama Ustz. H. Masban usman, S. Ag.  tradisi "ngurisan" yang digelar setiap perayaan hari besar Islam sudah menjadi kebiasaan warga selama puluhan tahun.

Tradisi itu juga merupakan warisan para orang tua dulu sehingga harus dihormati dan dilestarikan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

"Dengan tetap mengadakan ritual keagamaan ini kita tetap ingat pada kebaikan yang telah diwariskan oleh para orang tua dulu," ujarnya.

Tamu undangan memperoleh penganan berupa kue khas lombok seperti nasi mulut ( nasi kuning ), kue tarek, renggi, keciput dan lainnya yang disediakan oleh warga kampung yang mengundang mereka.

Tradisi seperti ini merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang yang harus dilestarikan oleh kita sebagai generasi penerusnya. (MA). 



Penting

Test Footer 2

Prinsip

BANGKITLAH DESAKU. Padamu ku tuangkan segelas tinta tuk perjuangan. berani tumpahkan darah sendiri membelamu. Dengan langkah berani sampai mati. Biar berkalang tanah. Dan itu yang terakhir. Kali ini kami menggores daging-daging kenyal. Yang berbau amis basi. Dan berjalan menelusuri derap langkah perjuangan. Menuju medan perang yang tak terbilang. ( SaifZuhri )

Followers

Total Pageviews

Advertisement

Flickr

PR n/a

tribunolahraga.info-Google pagerank,alexa rank,Competitor

Dari Mana Pengunjung

Footer Widget 1

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com