Krens Lotim. Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan anak semakin berkurang jika dilihat dari kepeduliannya terhadap pendidikan mental generasi muda saat ini.
Kelompok Remaja Mahasiswa Tibu Jae ( KERAMAT ) mempunyai sebuah terobosan baru yaitu mengumpulkan remaja dan mahasiswa yang berada diwilayahnya untuk berbuat sesuatu.
Kata sepakat ditempuh yaitu mengundang Tuan Guru untuk memupuk kecintaannya terhadap sang khaliq disamping mendekatkan diri dengan para orang tua.
Itikad baik ini disambut gembira Muhammad Hilmi, SE ( Kepala desa Rensing Bat ) atas inisiatif generasi muda seperti ini.
Mari kita bangun desa kita dengan rasa memiliki yaitu dengan melibat segala kemampuan kita termasuk membangun mental anak, jelasnya saat memberikan sambutan pada acara perayaan Isra' Mi'raj.
Sementara Tuan Guru H. Mustafa Alawi selaku penceramah memberikan banyak pendidikan inspiratif terhadap masyarakat terutama kawula muda.
Lalu apa pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan Isra Mi'raj ini. Perjalanan ini akan dapat memberikan motivasi kepada kita
untuk lebih jauh dan sungguh-sungguh menangkap pelajaran yang seharusnya
kita tangkap dari perjalanan agung tersebut:
Kita kenal, Isra' wal Mi'raj
terjadi sekitar setahun sebelum Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah
(Yatsrib ketika itu). Ketika itu, Rasulullah SAW dalam situasi yang
sangat "sumpek", seolah tiada celah harapan masa depan bagi agama ini.
Selang beberapa masa sebelumnya, isteri tercinta Khadijah r.a. dan paman
yang menjadi dinding kasat dari penjuangan meninggal dunia. Sementara
tekanan fisik maunpun psikologis kafir Qurays terhadap perjuangan
semakin berat. Rasulullah seolah kehilangan pegangan, kehilangan arah,
dan kini pandangan itu berkunang-kunang tiada jelas.
Dalam
sitausi seperti inilah, rupanya "rahmah" Allah meliputi segalanya,
mengalahkan dan menundukkan segala sesuatunya. "warahamatii wasi'at
kulla syaei", demikian Allah deklarasikan dalam KitabNya. Beliau di
suatu malam yang merintih kepedihan, mengenang kegetiran dan kepahitan
langkah perjuangan, tiba-tiba diajak oleh Pemilik kesenangan dan
kegetiran untuk "berjalan-jalan" (saraa) menelusuri napak tilas
"perjuangan" para pejuang sebelumnya (para nabi).
Bahkan dibawa serta
melihat langsung kebesaran singgasana Ilahiyah di "Sidartul Muntaha".
Sungguh sebuah "penyejuk" yang menyiram keganasan kobaran api permusuhan
kaum kafir. Dan kinilah masanya bagi Rasulullah SAW untuk kembali
"menenangkan" jiwa, mempermantap tekad menyingsingkan lengan baju untuk
melangkah menuju ke depan.
Artinya,
bahwa kita adalah "rasul-rasul" Rasulullah SAW dalam melanjutkan
perjuangan ini. Betapa terkadang, di tengah perjalanan kita temukan
tantangan dan penentangan yang menyesakkan dada, bahkan mengaburkan
pandangan objektif dalam melangkahkan kaki ke arah tujuan.
Jikalau hal
ini terjadi, maka tetaplah yakin, Allah akan meraih tangan kita,
mengajak kita kepada sebuah "perjalanan" yang menyejukkan. "Allahu
Waliyyulladziina aamanu" (Sungguh Allah itu adalah Wali-nya mereka yang
betul-betul beriman".
Rasulullah adalah sosok "uswah", pribadi yang hadir di
tengah-tengah umat, tidak saja "muballigh" (penyampai),
melainkan sosok pribadi unggulan yang harus menjadi "percontohan" bagi
semua yang mengaku pengikutnya. "Laqad kaana lakum fi Rasulillahi uswah
hasanah". (MA)
0 komentar:
Post a Comment