Krens Lotim, Kenyataan banyak menyanjung keberhasilan NTB khususnya dalam menenggarai terbentuknya KMD yang katanya menjadi program unggulan NTB itu, tentu saja menurut pribadi saya ini adalah sebuah prestasi sekaligus sebagai sebuah obsesi bagi NTB guna memacu semangat sekuat-kuatnya dalam mencetak rekor sebagai provinsi terbaik dari segi pemanfaat media sebagai piranti sosial dengan masyarakat khususnya masyarkat NTB.
Sejalan dengan itu di NTB telah bermunculan berbagai fasilitas pendukung yang mampu memberdayakan semua potensi itu mulai pengadaan PLIK, Warnet, HOTSPOT dan sebagainya. Disamping itu kampung-kampung media yang bermunculanpun kian marak walaupun sejatinya kampung itu secara sosiologis masih jauh dari harapan untuk dikatakan kampung, karena yang lebih banyak muncul di kampung itu adalah orang-orang kota, tapi itu bagi saya bukanlah masalah karena sesungguhnya tulisan ini tak ingin ku tulis .
sebelum kulanjutkan tulisan ini ada baiknya saya eksplorasi sedikit masalah yang berkaitan dengan kampung-kampung yang banyak itu, dan yang paling saya ingat betul adalah betapa dekatnya program kampung itu dengan masyarakat. walaupun sejatinya orang-orang yang menjadi masyarakat itu belum tentu tahu bagaimana seharusnya melihat diri mereka setelah masuk kedalam kampung itu. sekali lagi saya katakan bukan itu maslahnya karena sejatinya masyarakat bukan untuk di persalahkan melainkan harus diperkenalkan.
berkaca dari beberapa prestasi yang telah diraih oleh-kampung-kampung yang sangat familiar di NTB, ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri tetapi bila melirik kembali bagaimana sejatinya keinginan di balik popularitas itu tentu sungguh masih jauh walaupun untuk dikatakan harapan, maksud saya, pola kerja yang selama ini di lakoni oleh beberapa oknum yang menamakan diri kampung tapi tak mencerminkan kampung itu sendiri. saya tak ingin mengatakan kasihan namun lebih baik saya katakan marilah kita belajar mengevaluasi diri sedini mungkin sehingga kita bisa lebih tepat dan lebih baik lagi setidak-tidaknya kita bisa menyembunyikan borok sendiri sehingga tak nampak di wajah orang lain.
Sehajat dengan itu saya kembali mempertegas tujuan tulisan yang saya latar belakangi dengtan keperihatinan kepada sesama rakyat NTB karena beberapa waktu yang lalu ada masyarakat yang sempat bertanya kepada saya sehubungan dengan telah dimuatnya pemberitaan mereka yang menurut informasinya setelah beritanya di muat ada beberapa trobosan yang akan dilakukan dalam upaya mengendalikan issu tersebut sehingga tak bermuara kepada konflik baik tingkat RT maupun dusun namun sayang sekali apakah memang iya kampung media itu sebagai konsumsi orang kota????? Pertanyaan sederhana ini tidak ingin saya jawab sendiri namun semoga bisa menjadi bahan renungan bersama dan mungkin paling tepat ini adalah sebuah curahan hati rakyat yang baru belajar mengakses sendiri manfaat dari media itu???? tapi penting untuk saya tekankan dalam tulisan ini karena saya berharap setelah tulisan ini terpublikasikan akan muncul saran dan kritk terutama kepada kampung-kampung yang masih belum layak itu.
Jauh-jauh hari sebelum saya menjadi warga kampung itu, saya membayangkan kampung yang saya tinggali akan mampu memberikan umpan balik baik dari atas kebawah atau sebaliknya dari bawah ke atas yang menurut istilah yang populis kita dengar (botten up atau top down) namun masih saja menjadi kendala dan mungkin bukan salah pemerintah karena mereka bukan warga kampung tapi warga kota jadi masalahnya ada pada kita sebagai warga kampung.
mungkin setelah anda membaca tulisan ini, di benak anda terbersit pertanyaaan kenapa saya menulis hal?? ini bukan karena saya tidak dapat jatah dalam wawancara eksklusif itu, bukan!!!!!! namun lebih kepada siapa kita sesungguhnya, karena sejatinya perubahan itu tidak terletak dalam kampung tetapi pada warganya, pernahkah kita berdiskusi dengan issu-issu yang kita muat dalam kampung kita atau pernahkah kita melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh loper-loper koran yang sangat sayang kepada korannya sampai-sampai setiap mengantar koran dia berpesan jangan lupa baca ya????? ini bukan sebuah lelucon tapi ini sungguhan, setidak-tidaknya inilah yang menjadi obsesi bagi warga untuk mensosialisasikan kampung kita...
sebagai akhir dari tyulisan ini saya ingin katakan kepada warga kampung dimanapun kita berada saat ini bahwa sesungguhnya kita adalah rasul yang bertugas menyeru bukan menunggu lakukan sesuatu sebelum sesuatu itu menjadi tidak berguna dan hanya menjadi dosa dalam diri (Abu IQbal)
0 komentar:
Post a Comment