Krens Lotim. “Tombok” sebutannya
begitu. Nama aslinya Nursiah. Seorang pria tua penunggu kantor desa yang sepanjang malam menghabiskan
waktunya untuk menjalani tugas yang
telah diberikan kepadanya. Separuh hidupnya ia jalani sendiri tanpa seorang
istri dan seorang anakpun. Kehidupan
pribadinya yang serba kekurangan menjadikannya begitu memprihatinkan. Ia
terkadang diantarkan makanan ke kantor desa tempat ia diberi tugas atau
berkeliling ke sanak keluarga sekedar untuk mengisi perut ketika lapar mulai
menjelma. Kantor Desa Rensing Raya yang ia tempati, disudut ruang kecil
beralaskan tikar daun pandan, tiap malam tertidur berteman angin malam yang
gerah atau dingin, berselimut sepi hanya sepi menemani.
Kehidupan Tombok yang
kian tidak menentu, kala ia lelah terkadang membuatnya tertidur dimana saja ia
mau. Namun yang perlu kita tiru, sedikitpun ia tidak pernah mengeluh atau
berputus asa. Penghasilan yang diberikan dari desa sekedarnya, ia terima dengan
syukur dan selalu menjalankan tugasnya dengan baik. Ia memang pernah kawin,
akan tetapi dari perkawinannya ia tidak mendapatkan anak dan perkawinannya
tidak langgeng. Entah apa sebabnya dari lima kali ia melangsungkan perkawinan,
semuanya berakhir dengan perpisahan. Kini ia hidup sendiri meski ia tiada
merasa rendah diri. Ia tetap semangat dan mau berbuat setidaknya untuk desanya.
( SZ)