Acara Nyongkolan Sasak |
Berkait dan bersambut antara sebuah harapan dan realita ternyata tidak semua hal mampu merubah prem dan cara berfikir kritis dan objeltif dapat diperoleh dari dan hanya sekedar melek technologi namun dibalik itu zaman tidak hanya dapat di ukur dengan tolak ukur kemajuan semata-mata namun budaya juga masih menawarkan banyak kearifan tersendiri seperti halnya CILOKA'.
Ciloka' pada dasarnya semakana dengan kata-kata biasa dalam masyarakat sasak namun lebih menjurus kepada bentuk sebuah kesenian tradisional sasak yang muncul di abad 20ahn. cilokak' bermakna yang sudah loka' atau tua maka secara singkat makna yang tersirat dari ungkpan ciloka' adalah kesenian terakhir sasak yang mungkin dapat di hasilkan zaman di era 20an.
Berbicara tentang kesenian daeraha sasak hal yang pertama-tama di kenal masyarakat sasak adalah gending kelentang kemudian berubah menjadi kesenian yang lebih modern dengan kemasan yang lebih modern yang di sebut dengan kecimol kemudian mengalami transisi kembali kearah yang lebih original yaitu gendang belek dan belakangan kesenian sasak melahirkan sebuah kesenian baru yaitu ciloka' yang menggabungkan seluruh aransmen baik lokal maupun nasional bahkan internasiaonal.
Hal serupa dimaksudkan agar semua kesenian sasak yang di harapkan bukan hanya sekedar sebagai pengiring dalam sebuah acra-acara seremonial semata-mata namun lebih kepada membanggakan sebuah tradisi yang memilki nilai lebih dan lebih kearah yang destruktif bagi masyarakat sasak. berciloka' secara sederhana merupakan sebuah penghayatan terhadap sebuah hasil kebudayaan sasak yang lebih maju dan kaya dengan khazanah kesenian yang bukan hanya berisi simbol simbol semata yang mengarahkan masyarakat kearah yang tidak bermartabat...(Abu Iqbal)